Transkrip - Episode 9 - Veni Johanna
Kiki (K): Halo semua, kembali lagi ke Kartini Teknologi dengan Kiki dan Galuh. Seperti biasa, kami sedang bersama tamu spesial, dan aku sendiri senang banget. Aku baru mengetahui tentangnya beberapa waktu lalu, tapi aku pikir profilnya benar-benar menggambarkan seorang Kartini Teknologi. Jadi aku senang banget bisa ngobrol lebih banyak dengan dia hari ini. Benar kan, Galuh?
Galuh (G): Yap.
K: Baiklah, jadi langsung saja kita perkenalkan Veni Johanna, seorang engineering manager di Quora. Halo, Kak Veni.
Veni (V): Halo.
K: Senang banget ada Kak Veni hari ini bersama kami. Jadi, apakah kamu mau memperkenalkan diri dengan singkat kepada para pendengar, seperti dari mana asalmu dan hal-hal yang kamu sukai?
V: Tentu! Terima kasih sudah mengundangku, senang bisa berbicara dengan kalian semua. Jadi… namaku Veni, aku engineering manager di Quora. Aku sekarang memimpin organisasi Platform yang singkatnya adalah sebuah kumpulan dari tim-tim yang mendukung organisasi-organisasi lain di Quora sehingga mereka dapat bekerja dengan lebih produktif. Aku sudah tinggal di Amerika Serikat selama 9 tahun. Aku tumbuh di Indonesia, pergi ke SMA di Indonesia juga, lulus di sana, dan pergi ke Stanford University untuk gelar sarjana dan master, dan setelah aku lulus aku mulai bekerja di Quora dan bertransisi ke engineering manager tiga tahun lalu. Mengenai hal-hal yang kusukai… aku suka teknologi, perempuan di bidang teknologi, aku juga senang terhadap berbagi ilmu dan memikirkan bagaimana aku bisa tidak hanya berbagi tentang ilmuku, tetapi juga membagikan ilmu orang-orang di seluruh dunia dengan lebih luas. Kita bisa bicarakan hal ini dengan lebih detail nanti, tapi hal ini cukup konsisten di banyak hal yang aku lakukan, seperti bekerja di Quora, Indonesia Mengglobal, Indo2SV, dua proyek inilah yang merupakan proyek sampingan yang kulakukan di luar pekerjaanku.
G: Ngomong-ngomong tentang teknologi, mari kita bicarakan, apa sih yang membuat kamu tertarik untuk belajar tentang teknologi pada awalnya? Apakah kamu mempunyai pengalaman tertentu yang membuatmu tertarik atau membuatmu memutuskan bahwa kamu ingin mendalami bidang tersebut?
V: Ya, jadi aku mulai menggunakan komputer sejak aku masih kecil, mungkin umur empat atau lima tahun. Aku ingat aku suka sekali mengetik, dan aku senang banget mempelajari bagaimana caranya untuk mengetik cepat dan menulis dengan jari-jariku. Setelah itu, seorang kerabat menyarankan aku untuk belajar coding. Aku mempelajarinya untuk pertama kali ketika aku ada di kelas 5 kira-kira. Jadi aku belajar coding di umur yang cukup muda dan aku merasa beruntung akan hal itu. Saat itu, aku tidak mempunyai hal-hal lain yang dapat aku lakukan, aku mempunyai banyak waktu luang, dan ia mendengar bahwa aku menyukai mengetik dan bermain permainan. Ia berkata, “kalau kamu belajar bagaimana untuk membuat program, kamu tidak hanya bisa menggunakan sesuatu, tetapi kamu juga bisa belajar bagaimana untuk membuatnya.” Menurutku hal itu sangat menarik. Setelah aku mencobanya, aku merasa hal tersebut sungguh menyenangkan—aku melakukannya di luar jam sekolah, sehingga ada banyak hal yang dapat dieksplor, aku dapat mempelajari banyak hal sendiri, dan hal itu sangat membebaskan. Jadi aku rasa pengalaman-pengalaman itu—mencoba berbagai hal baru dengan coding di saat aku kecil adalah sesuatu yang mendorongku untuk terus melakukannya.
G: Aku penasaran, kamu bilang bahwa kamu mempelajari coding di umur yang muda. Sekarang kan kita punya situs seperti Codecademy dan situs-situs lain apabila kita ingin belajar menulis kode. Tetapi aku bayangkan, dulu pasti susah untuk menemukan sumber untuk belajar menulis kode. Jadi bagaimanakah dulu kamu belajar untuk menulis kode?
V: Lagi-lagi, aku punya banyak waktu luang. Pada dasarnya, ada beberapa hal. Aku meminta orang tuaku untuk datang ke toko buku terdekat, dan kami membeli dua atau tiga buku berbeda, dan aku belajar dengan cara membaca buku-buku tersebut. Aku juga daftar ke beberapa kelas di dekat rumahku, yang sebenarnya sangat menyenangkan meskipun mereka tidak memperbolehkanku untuk mengikuti kelas-kelasnya karena aku terlalu muda dan orang-orang lain sudah jauh lebih tua. Tetapi orang tuaku meyakinkan mereka bahwa aku bisa mengikuti pelajaran-pelajarannya, sehingga mereka memperbolehkanku dan ternyata kelas-kelas tersebut menyenangkan. Aku rasa kombinasi dari dua hal tersebut bagus, karena kalau aku hanya mengikuti kelas saja, aku tidak akan menyukai pemrograman sama seperti ketika aku mengeksplor di waktuku sendiri.
G: Di saat SMA, kamu merupakan delegasi perempuan pertama yang mewakili Indonesia di Olimpiade Komputer Internasional, kan? Bagaimana sih pengalamanmu dan bagaimana pengalamanmu di sana pada akhirnya membentuk karir yang kamu miliki saat ini?
V: Jadi… aku rasa pengalaman ini sungguh membentuk karirku sekarang dan bagaimana aku menjadi software engineer. Aku merasa aku melakukan banyak hal yang sulit, tapi aku masih berpikir bahwa hal ini adalah hal yang paling sulit, karena ketika aku mulai belajar menulis kode, aku tidak mempunyai kepercayaan diri di dalam diriku bahwa aku bisa menulis kode. Jadi… aku ingat bahwa saat itu belum pernah ada perempuan yang mewakili Indonesia di kompetisi tersebut, dan… prosesnya sendiri sangat menantang. Prosesnya sangat menantang, karena kamu harus melewati tiga atau empat seleksi berbeda, dan hanya tiga atau empat orang terbaik, empat murid SMA di Indonesia dalam satu tahun yang dapat menembus kompetisi tersebut. Jadi… itu adalah proses yang menantang, dan aku mempelajari banyak hal sepanjang proses tersebut. Aku rasa karena pertama-tama, prosesnya menantang, dan… kami juga memiliki pelatih yang merupakan dosen-dosen dan guru-guru. Aku belajar banyak tentang pemrograman dari mereka, jadi hal tersebut sangat membantuku dalam membangun skillsetku. Selanjutnya, proses tersebut memperkenalkanku ke banyak orang baik. Banyak dari mereka sekarang merupakan CTO atau pimpinan di banyak perusahaan teknologi lainnya. Berada di banyak orang baik memotivasiku untuk belajar banyak dan belajar banyak dari mereka juga. Yang terakhir, sebagai seorang perempuan di bidang teknologi, aku terbiasa menjadi salah satu dari sedikit perempuan di dunia yang didominasi oleh laki-laki ini, dalam kondisi yang cukup ekstrem. Sebagai gambaran, di Olimpiade Komputer Internasional biasanya terdapat 300 murid dari seluruh dunia, dan biasanya hanya ada 10 sampai 15 perempuan. Jadi hanya 1 di 30. Begitu juga dengan tim Indonesia, dari 30 terbaik biasanya hanya ada 2 atau 3 perempuan. Di 16 terbaik biasanya hanya 1. Singkatnya, aku menghabiskan dua atau tiga bulan sebagai satu-satunya kompetitor perempuan dari 15 laki-laki. Hal tersebut adalah pengalaman yang sulit, tapi kamu bisa bayangkan bahwa setelah kamu melewati hal tersebut selama berbulan-bulan…. setelah itu hal tersebut bukanlah menjadi permasalahan besar bagiku, berada di dunia yang didominasi oleh laki-laki. Jadi… menurutku pengalaman ini sangat memberiku banyak pelajaran.
K: Kamu menyebutkan tantangan dan perempuan di teknologi, industri, jadi… aku ingin tahu, apakah menurutmu menjadi perempuan di bidang teknologi adalah hal yang masih sulit? Atau bagaimana sih proses transisimu sampai kamu terbiasa dengan hal itu?
V: Sebelumnya, aku tidak ingin menggeneralisir, pengalaman-pengalaman orang-orang sungguhlah berbeda. Tapi menurutku, apa yang aku rasakan adalah aku pikir sulit untuk mencapai tahap di mana aku merasa percaya diri pada kemampuanku atau dapat menangani emosiku ketika aku tidak merasa percaya diri. Karena apabila kamu belum sampai ke tahap itu, ketidakpercayaandiri tersebut dapat mencegahmu melakukan banyak hal yang bisa kamu lakukan. Aku rasa sulit untuk mencapai ke tahapan tersebut, tapi ketika kamu mencapai tahapan tersebut, aku rasa cukup mudah untuk menjadi perempuan di bidang teknologi, apalagi sekarang sangat banyak kesempatan di bidang ini. Khususnya saat ini orang-orang sudah sadar akan adanya gender disparity dan ingin melakukan bagiannya untuk memperbaiki hal tersebut, di mana hal ini tidak terjadi beberapa tahun lalu. Menurutku saat ini adalah lingkungan yang lebih baik. Tapi menurutku, untuk para perempuan yang baru memulai, aku rasa hal tersebut akan terasa cukup sulit atau mungkin kamu tidak akan percaya diri sampai kamu menemukan langkah yang tepat.
K: Mari kita beralih ke edukasimu. Kamu tadi menyebutkan bahwa kamu mendapatkan gelar sarjana dan mastermu di Stanford, kan. Apakah ada topik atau teknologi khusus yang kamu fokus pelajari di sana?
V: Ya, mari kita lihat. Jadi, saat sarjana aku fokus ke sistem, jadi aku banyak mengambil kelas-kelas seperti sistem operasi dan kompiler. Saat meraih gelar master, aku berfokus ke sistem informasi, jadi hal ini berkaitan dengan perolehan informasi dan hal-hal seperti itu. Tapi, aku tidak melakukan riset apapun di Stanford, sehingga aku menghabiskan banyak waktu di musim panasku untuk bekerja di industri. Di Stanford, kamu tidak diharuskan untuk melakukan riset atau berfokus di satu area—bahkan, mereka sangat menghargai orang yang mengambil kelas-kelas di luar ilmu komputer. Aku juga menghabiskan sedikit waktu untuk meraih minor di sejarah yang aku sangat sukai dan juga melakukan program study abroad. Aku rasa hal-hal ini menjadi sangat berguna untuk karirku, selain dengan kelas-kelas ilmu komputer tadi.
K: Kamu juga magang di Facebook pada tahun 2011, serta Quora di tahun 2012 dan 2013. Apakah kamu masih ingat pengalamanmu di industri teknologi untuk pertama kalinya, dan bagaimana pengalaman magangmu membantumu di karir?
V: Ya, jadi pertama kali aku mencoba untuk mendapatkan pekerjaan di Silicon Valley bukanlah masa-masa yang mudah. Saat itu, aku adalah seorang mahasiswa tingkat pertama. Aku tidak mempunyai pengalaman apapun, aku hanya mendaftar ke banyak perusahaan. Tapi yang cukup mengejutkan untukku adalah mereka sebenarnya sangat terbuka ke orang-orang tanpa pengalaman, karena banyak program yang bisa kamu daftar untuk hal tersebut. Singkatnya, tanpa pengalaman apapun, aku dapat beberapa tawaran yang cukup menyenangkan—Facebook, Amazon, Microsoft, dan tempat-tempat lain yang aku sudah lupa sekarang. Tapi saat-saat pertama kali ada di industri teknologi adalah saat-saat yang menarik. Saat-saat itu bukan hanya saat pertamaku bekerja, tapi juga tahun pertamaku di Amerika Serikat. Jadi banyak sekali hal yang kupelajari. Di sisi engineering, aku mempelajari hal-hal tentang kualitas kode, bekerja di sistem yang besar, bekerja di code base, sementara di saat SMA semua yang kupelajari berkaitan dengan algoritma dan menulis kode. Di industri, tidak hanya algoritma saja, tetapi juga tentang sistem dunia nyata, dan kedua hal tersebut membutuhkan cara berpikir yang sangat berbeda. Mengenai hal-hal non-teknis, aku belajar bagaimana cara berkomunikasi dan berkolaborasi dengan orang lain, bagaimana caranya menanyakan pertanyaan, bagaimana cara berdebat, bagaimana caranya tidak menyetujui sesuatu… apalagi di Amerika Serikat, hal tersebut sangatlah penting, karena apabila kamu hanya menulis kode dan berfokus pada dirimu sendiri, kamu tidak akan tumbuh dan berkembang di pekerjaanmu. Jadi kamu harus proaktif, dan hal tersebut cukup sulit di awal.
K: Mari kita membicarakan hal lain, yaitu peranmu di Quora. Jadi kami tahu dari Alanda bahwa kamu bergabung dengan Quora di masa-masa awal Quora. Dari semua perusahaan besar di Silicon Valley, mengapa kamu memutuskan untuk bergabung ke Quora? Apa yang membuatnya menarik dibandingkan dengan banyak perusahaan besar lain?
V: Ketika aku pertama bergabung ke Amerika Serikat, aku selalu berpikir aku ingin pergi ke perusahaan-perusahaan besar seperti Facebook dan Google yang diketahui semua orang. Ketika aku datang ke Stanford, aku kaget bahwa pada dasarnya hal keren yang dilakukan adalah bergabung ke perusahaanb erukuran sedang atau kecil, sebagian karena kamu dapat memberikan dampak yang lebih besar dalam hal yang kamu lakukan, kamu dapat belajar lebih banyak, tapi di saat yang sama kualitas dari orang-orang yang kamu temui di perusahaan berukuran sedang atau kecil rata-rata juga lebih tinggi. Itulah yan gorang-orang bilang, dan itulah mengapa pada kesempatan magang keduaku, aku mencoba untuk menemukan perusahaan kecil. Dalam mencari perusahaan kecil, aku bertanya ke orang-orang tentang kualitas dari tim engineering-nya. Begitulah ceritanya bagaimana aku bisa mengetahui tentang Quora. Jadi… aku dengar tentang perusahaan itu dari sangat banyak orang, dan misinya juga sangat sesuai denganku. Misi dari Quora adalah untuk membagikan pengetahuan dunia, dan itu adalah sesuatu yang sangat aku setujui dan aku ingin melihat hal itu terjadi. Jadi itulah sebagian dari alasan mengapa aku magang di Quora. Aku memutuskan untuk kembali karena aku sadar bahwa apa yang dikatakan oleh orang-orang benar adanya, bahwa berada di perusahaan berukuran sedang sangat membantuku untuk belajar banyak, dan budayanya juga sangat cocok untukku.
G: Di Quora kamu juga memimpin upaya engineering lintas-tim di hal internasionalisasi. Apakah kamu bisa cerita lebih lanjut bagaimana Quora melakukan hal tersebut di tingkat teknis?
V: Tentu. Jadi, pada dasarnya, sebagai konteks kami ingin tumbuh secara internasional. Awalnya, Quora hanya ada di Bahasa Inggris, sehingga kami ingin membuka produk baru berbahasa Spanyol. Sekarang kurasa ada 17 bahasa, sebelumnya kami hanya punya satu. Jadi… pada dasarnya ada beberapa bagian. Pertama, kita perlu menerjemahkan produknya, jadi alih-alih kami menampilkan hal-hal dalam Bahasa Inggris, kami perlu menampilkannya dalam bahasa-bahasa lain. Jadi artinya sisi engineering memutuskan seeprti apa API untuk penerjemahannya, bagaimana hal tersebut diintegrasikan ke sistem translasi yang ada di backend serta bagaimana caranya melakukan sistem lokalisasi itu sendiri. Jadi hal-hal tersebut cukup high level. Apa yang membuat hal tersebut sulit dilakukan di Quora adalah, kami memiliki sistem continuous deployment dan post-push review, yang berarti kami melakukan deployment terhadap kode 100-200 kali per hari, dan itu cukup banyak apalagi mengingat tim engineering kami sangat kecil. Jadi kami selalu ada deploy dan releases di setiap saat. Di banyak perusahaan, apabila kamu ingin menerjemahkan sesuatu, kamu tidak dapat melakukan push karena harus menunggu terjemahannya. Jadi ini adalah sesuatu yang tidak akan bekerja pada sistem Quora, jadi… membuat lokalisasi yang bersifat kontinu untuk bekerja dengan continuous deployment adalah salah satu dari tantangan terbesar. Itu dari sisi penerjemahan. Dari sisi produk, kami juga membangun banyak silo berbeda yang pada dasarnya berupa versi-versi Quora yang berbeda tapi terhubung di banyak cara. Jadi kami harus mengunjungi kembali skema-skema dari banyak database untuk memperbolehkan hal itu, sehingga hal itu membutuhkan banyak migrasi di banyak tim berbeda.
K: Kalau nggak salah di tahun 2017 kamu dipromosikan sebagai engineering manager yang merupakan peranmu saat ini. Apakah kamu bisa menjelaskan apa yang menjadi tanggung jawabmu di peranmu saat ini?
V: Ya, jadi pada dasarnya ketika aku menjadi engineering manager, aku bertransisi dan bukan dipromosikan. Di Silicon Valley, pada dasarnya kami memiliki tangga yang sejajar untuk kontributor individual (KI) dan manajer, sehingga para KI dapat memiliki level yang sama dengan para manajer, sehingga ketika seseorang bertransisi menjadi manajer, biasanya mereka tidak dipromosikan. Aku rasa hal itu sangat cocok, karena tanggung jawab keduanya sangatlah berbeda. Caraku melihat peran manajemen engineering adalah, peran tersebut terdiri dari banyak bagian. Salah satunya adalah menentukan visi dari tim, yaitu menyesuaikan tim dengan keseluruhan organisasi serta apa yang tim lakukan. Kedua, membangun tim yang terlibat dan produktif, memastikan bahwa tim memberikan banyak output namun juga memiliki retensi yang baik sehingga kita dapat terus bekerja dengan baik. Itu ada dua bagian, bagian ketiga adalah memastikan bahwa output teknisnya baik, yang berarti mengawasi keputusan-keputusan teknis yang ada di dalam tim, dan ekempat berkontribusi ke aspek-aspek organisasi di Quora, hal ini termasuk proses, pekerjaan di dalam tim serta tim engineering, serta hiring.
G: Satu hal yang aku sering dengar terkait transisi dari KI ke posisi manajerial adalah, banyak orang yang berkata bahwa ketika mereka ada di posisi manajerial, terkadang mereka rindu akan menulis kode karena sekarang mereka tidak bisa menghabiskan banyak waktu untuk menulis kode seperti sebelumnya. Apakah hal ini juga sebuah masalah untukmu, atau… bagaimana menurutmu?
V: Ya, sedikit. Aku sudah tidak menulis kode lagi—aku mungkin menulis kode sekali dalam tiga bulan, sayangnya. Aku hanya menulis kode saat hack week. Tapi… menurutku, sebagai seorang manajer engineering, hal terpenting dari peranmu adalah memastikan bahwa timmu memiliki output yang baik. Dan cara untuk melakukan hal tersebut tergantung dari timmu. Akan ada tim di mana, ya, manajer engineering harus menulis kode untuk mendapatkan output yang dibutuhkan. Di beberapa tim, bukan itu masalahnya. Bagiku, apabila aku menghabiskan waktu menulis kode, itu berarti… menulis kode bukanlah pemanfaatan waktuku dengan ROI tertinggi, sehingga apabila aku melakukannya, maka aku cukup tidak bertanggung jawab. Jadi, aku kangen sedikit, tetapi tidak seperti yang kukira sebelumnya, mungkin karena seiring berjalannya waktu aku belajar nilai dari pekerjaanku.
G: Oke, jadi… aku rasa manajemen engineering adalah topik yang menarik karena kebetulan beberapa temanku juga bertransisi dari IC ke posisi manajerial, dan kami telah membicarakan hal ini di banyak kesempatan dan masih banyak pertanyaan-pertanyaan yang masih kami pikirkan, jadi akan menarik sekali untuk mendengar perspektifmu tentang hal-hal ini. Bagaimana, sih, transisi dari IC ke manajer engineering bagimu? Apakah mudah, sulit? Dan apa yang kamu pelajari dari seluruh prosesnya?
V: Prosesnya lebih mudah dari yang awalnya kupikirkan. Aku rasa sebagian hal itu karena aku telah melakukan subset dari peran-peran tersebut… subset dari peran-peran manajemen engineering sebelum aku transisi. Aku rasa itu cukup berpengaruh dalam transisi yang mulus, jadi… sebagai contoh, aku telah menjadi mentor beberapa orang sebelumnya dan mengambil peran manajerial sebelumnya. Sebagai contoh cukup mudah untuk menjadi mentor seseorang secara teknis, tapi cukup lebih sulit untuk “mengatur” seseorang agar mereka bisa berubah… bisa lebih menyesuaikan diri ke organisasi. Ini adalah mentoring yang cukup berbeda dari pada hanya menjadi mentor terhadap seseorang secara teknis. Aku juga telah menjadi seorang tech lead dari sebuah proyek yang cukup besar, yang berarti ada banyak aspek pelatihan dan pengawasan serta manajemen proyek yang telah aku miliki. Jadi itu juga cukup membantu. Aku telah terbiasa membagi waktuku dan tidak menulis kode sesering biasanya, dan itu juga sesuatu yang cukup membantu karena sebagai manajer engineering kamu mengalihkan fokusmu setiap saat, dan aku saat ini melihat banyak manajer baru yang berganti dari peran KI murni menemukan kesulitan-kesulitan dalam hal menangani berbagai tanggung jawab. Jadi, aku menemukannya lebih mudah dari yang awalnya kupikirkan, tapi tetap sulit. Satu hal yang aku temukan sangat berguna adalah membaca buku bernama The First 90 Days yang merupakan buku yang bagus perihal bertransisi ke peran baru apapun. Aku juga memiliki rencana belajar terkait apa yang aku lakukan dan tidak lakukan dalam tiga puluh hari, enam puluh hari, dan sembilan puluh hari pertama, jadi itu juga membantu banyak. Aku juga merasa menetapkan ekspektasi dengan manajer tentang apa yang aku lakukan dan tidak lakukan adalah hal yang berguna, karena kalau nggak akan banyak sekali informasi yang harus aku pahami. Satu hal lagi yang menurutku sangat berguna kalau aku lihat sekarang adalah ketika aku transisi ke manajemen, aku langsung mengelola dua tim di saat yang sama, di mana hal ini adalah situasi yang sangat berbeda dari kebanyakan orang, dan aku pikir hal ini sangat berguna karena sebagai manajer, aku langsung belajar untuk tidak hanya memiliki satu cara untuk mengelola, tetapi aku harus berpikir dalam tingkatan yang lebih tinggi pada gaya mengelolaku. Jadi… aku rasa itu adalah pembelajaran yang sangat bagus saat ini, karena akan cukup mudah bagiku untuk mengelola satu tim dan berpikir bahwa manajemen adalah seperti itu, tapi itu akan membatasi karir masa depanku di manajemen.
G: Apakah ada perbedaan antara mengelola KI dan manajer lain?
V: Ya, banyak perbedaan. Jadi… aku mulai mengelola manajer tahun lalu, jadi secara teknis saya ada di level director, dan juga mengelola dua manajer. Perbedaan terbesar antara KI dan manajer adalah ketika kamu mengelola KI, kamu melatih mereka untuk melakukan sesuatu. Kamu melatih mereka untuk menyelesaikan masalah. Tetapi, ketika kamu mengelola manajer, kamu melatih mereka untuk melatih orang lain. Jadi… nasihat dan apapun yang kamu ucapkan harus lebih high level dari apa yang kamu katakan ke seorang KI, apakah itu masuk akal? Karena hal itu harus menjadi sebuah framework, sesuatu yang dapat diaplikasikan ke banyak orang. Jadi… jadi itu berarti bahwa apabila aku berbicara ke seorang KI aku bisa bilang, “mungkin kamu bisa melakukan X.” Apabila aku berbicara ke seorang manajer, aku bisa jadi bilang bagaimana caranya mereka dapat mencapai root cause dari sebuah permasalahan dan bagaimana mereka dapat menyelesaikannya. Sehingga, manajer tersebut dapat melakukan pelatihan sendiri. Jadi aku rasa itu adalah dua hal cara berbicara atau berpikir yang berbeda, dan itu juga suatu hal yang masih aku coba untuk biasakan. Aku sendiri merasa, seiring perjalanan, aku mulai berbicara di level yang lebih tinggi dan lebih samar-samar, karena pada dasarnya inilah perbedaan antara mengelola KI dan manajer.
K: Aku pikir dari yang kamu bilang, sepertinya seorang manajer engineering harus memiliki kemampuan untuk mengatur orang lain. Jadi aku bertanya-tanya, apakah kamu melakukan semacam pelatihan ketika kamu mengambil peran manajemen engineering ini, mungkin seperti pelatihan manajemen orang atau lainnya?
V: Ya, jadi perusahaan memang menyediakan semacam pelatihan manajemen orang. Namun kebanyakan dari pelatihan datang dari manajerku karena pada dasarnya banyak sekali hal terkait manajemen yang sangat situasional. Sangat mudah untuk menyediakan semacam peraturan tetapi pada akhirnya, semuanya sangat situasional, karena hal tersebut terkait dengan apa yang seorang individu pikirkan, apa arti dari proyek ini, dan hal-hal seperti itu. Aku rasa hal terpenting adalah berkonsultasi dengan manajerku. Satu hal yang aku temukan sangat berguna juga adalah membaca banyak buku. Ada banyak buku manajemen yang cukup jelek, tapi di saat yang sama aku rasa sangat berguna untuk membaca banyak buku dan setidaknya memiliki mereka di pikiranku sehingga aku dapat mengaplikasikannya di berbagai situasi. […]
K: Kamu juga menyebutkan tentang perekrutan, dan aku bertanya-tanya kualitas apa yang biasanya kamu cari untuk merekrut seseorang?
V: Ya, yang paling umum adalah penyelarasan nilai—penyelarasan terhadap nilai-nilai perusahaan. Jadi aku rasa hal itu sangat penting untuk perusahaan kecil seperti Quora, karena kami terdiri dari sekitar 100 engineer yang melayani tiga ratus juta unik per bulannya, jadi itu merupakan tanggung jawab yang besar untuk seorang individual. Quora memiliki satu set nilai-nilai perusahaan dan kita memastikan akan mencarinya selama perekrutan. Jadi itu satu hal. Hal kedua adalah, later belakang teknis dan skillset yang kuat. Jadi itu tergantung. Untuk orang yang baru lulus, kami biasanya mencari pemahaman algoritma yang kuat, kemampuan menulsi kode… untuk yang berpengalaman, kami biasanya mencari skillset spesifik yang mereka miliki. Jadi misalnya untuk infrastruktur data atau pembelajaran mesin atau infrastruktur [inaudible]. Jadi itu adalah klu-klu yang cukup spesifik. Tapi aku pikir nilai-nilai tersebut sangatlah penting dan mungkin lebih penting dari bagian teknis.
G: Ngomong-ngomong tentang tim, apa aja hal yang menurutmu perlu dilakukan untuk mengembangkan kekuatan-kekuatan dari orang-orang yang ada di timmu?
V: Jadi ada dua bagian dalam mengembangkan kekuatan seseorang. Pertama adalah deteksi dan definisi kekuatan, dan yang kedua adalah penyelarasan ke perusahaan. Jadi aku akan bahas yang pertama dulu. Banyak orang, aku sadari, nggak begitu menyadari kekuatan dan kelemahan mereka serta apa yang dapat mereka lakukan di masa depan. Sebagai manajer, adalah bagian yang cukup besar dari pekerjaanku untuk pada dasarnya menjadi sangat jeli terkait apa yang dilakukan oleh orang-orang di timku, apa yang nggak mereka lakukan, dan bagaimana mereka melakukan hal-hal tersebut. Sehingga kita bisa bersama-sama mengungkap apa saja kekuatan mereka dan bagaimana mereka bisa membangun kekuatab-kekuatan tersebut untuk karir mereka di masa depan. Jadi… berdasarkan kekuatan-kekuatan ini, biasanya akan ada pembicaraan tentang jalur potensial di masa depan serta tujuan karir di masa depan dari masing-masing individu. Selanjutnya… bagian kedua adalah, menyelaraskan pembicaraan-pembicaraan terkait tukuan karir serta kekuatan-kekuatan individu ke apa yang perusahaan perlukan dan sediakan. Jadi ini sesungguhnya seringkali sangat rumit, karena kadang ada kasus-kasus di mana apa yang baik untuk pertumbuhan seseorang mungkin tidak menguntungkan perusahaan secara langsung. Jadi menyelaraskan kebutuhan individu dengan kebutuhan perusahaan adalah bagian penting dari pekerjaanku, dalam hal menemukan kesempatan yang tepat bagi orang-orang untuk mengembangkan kemampuan mereka, kekuatan mereka, dan memperbaiki kelemahan-kelemahan mereka. Kadang itu berarti proyek-proyek yang tepat, kadang itu berarti menemukan orang-orang yang tepat untuk tumbuh bersama mereka, dan kadang itu berarti menemukan tanggung jawab atau area baru bagi orang tersebut untuk berlatih. Dan terakhir, sangat penting untuk memberikan orang-orang banyak umpan balik, sehingga mereka bisa memperbaiki diri mereka dengan cepat. Karena apabila loop umpan balik tersebut nggak terlalu sering, maka pertumbuhan orang-orang bisa jadi lebih lambat dari yang seharusnya. Jadi ada banyak juga hal-hal yang bersifat taktis yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kekuatan seseorang setelah kita melakukan tiga hal yang aku sebutkan sebelumnya. Tapi aku rasa di banyak kasus, hal-hal taktis ini cukup mudah untuk dipikirna. Misalnya, apabila seseorang ingin debugging, pasangkan saja ia dengan engineer senior. Apabila seseorang ingin tumbuh di sebuah area engineering yang spesifik, mungkin kamu bisa mengirimnya ke konferensi-konferensi atau sediakan beberapa budget sehingga mereka bisa datang ke pelatihan. Hal-hal taktis ini biasanya lebih mudah dari deteksi serta penyelarasan terhadap perusahaan.
G: Kamu tadi menyebutkan tentang umpan balik. Apa sih yang menurutmu membuat sebuah umpan balik yang baik dan konstruktif?
V: Pertama-tama, sebuah umpan balik harus diberikan dengan cepat, secepat hal itu terjadi. Kedua, aku harus memiliki konteks yang cukup terkait apa yang terjadi dan mengapa umpan balik ini relevan, dan hal-hal seperti itu… tiga, idealnya, sebuah umpan balik harus diberikan secara langsung, jadi secara umum aku menghargai kultur di mana orang-orang menyampaikan sesuatu secara langsung dalam tim, jadi… apabila aku dapat mendorong orang tersebut untuk memberikan sebuah umpan balik secara langsung, alih-alih melaluiku, itu juga ideal. Dan pada akhirnya, idealnya, sebuah umpan balik harus dapat ditindaklanjuti, tetapi di saat yang sama ada banyak tipe umpan balik yang tidak dapat langsung ditindaklanjuti, tapi baik untuk kesadaran seseorang, jadi kupikir umpan balik seperti itu tetap harus diberikan dengan moderasi. Dan terakhir, sangat penting untuk memiliki kepercayaan di antara semuanya karena sungguh, sebuah umpan balik dapat membuat hal-hal menjadi lebih buruk atau tidak begitu membantu apabila kamu tidak memiliki hubungan yang berdasarkan kepercayaan.
K: Menarik. Jadi aku pikir, kepercayaan, umpan balik adalah hal-hal yang membangun sebuah budaya di perusahaan, kan? Pertanyaan kami yang selanjutnya adalah, bagaimana kamu membangun sebuah budaya atau melaksanakan budaya Quora di dalam timmu?
V: Ya, jadi pertama-tama, di level perusahaan ada satu set nilai-nilai yang sangat kami pedulikan. Ini adalah sesuatu yang sering diulang-ulang, jadi… bisa melalui ulasan kinerja, dan hal-hal seperti itu. Kami mengulang nilai-nilai ini lagi dan lagi, dan kami perjelas bahwa kami menghargai nilai-nilai ini di para individu. Jadi sangat penting bahwa aku mencoba untuk mewujudkan nilai-nilai ini kapanpun kubisa, karena sangat penting aku bisa memimpin dengan contoh-contoh juga. Jadi sebagai contoh, apabila salah satu nilainya adalah mission-first, yang berarti meletakkan misi perusahaan alih-alih kepentingan pribadiku, itu adalah hal yang harus kuwujudkan sebelum aku meminta orang lain. Kedua, aku harus memastikan bahwa orang-orang berbicara kepada satu sama lain dan berkomunikasi secara langsung, jadi… aku dapat mencapai itu dengan mendorong orang-orang untuk memberikan umpan balik ke satu sama lain dan berkomunikasi secara langsung alih-alih selalu memintaku menjadi penengah, itu juga sangat penting. Memanggil perilaku buruk ketika aku melihatnya juga sangat penting, memang biasanya tidak begitu nyaman, tetapi juga penting karena orang-orang perlu tahu bahwa perilaku-perilaku yang berlawanan dengan nilai-nilai dan budaya kami tidaklah baik.
K: Oke, mari kita membicarakan topik lain yang aku cukup senang untuk diskusikan, yaitu mentoring. Aku senang sekali untuk tahu lebih banyak tentang Indonesia Mengglobal, jadi apakah kamu bisa menceritakan lebih banyak tentangnya? Seperti apa tujuan dari programnya dan mengapa kamu membuatnya?
V: Ya, jadi Indonesia Mengglobal adalah organisasi yang aku mulai dengan temanku tujuh tahun lalu. Wow, sudah lama sekali ya. Tujuh tahun lalu ketika aku masih sekolah. Pada dasarnya, idenya adalah kami ingin membagikan lebih banyak informasi tentang bagaimana caranya masuk ke universitas-universitas di luar negeri dan bagaimana caranya belajar atau bekerja di luar negeri. Karena pada saat itu khususnya kami merasa hanya ada sedikit informasi yang bagus tentang bagaimana caranya melakukan itu, jadi… aku merasa sangat beruntung mempunyai saudara-saudara yang sudah pernah ke Amerika Serikat, jadi aku tahu sebagian tentangnya. Tapi aku rasa kalau keadaannya nggak seperti itu, aku rasa akan sulit, jadi aku merasa hanya ada sedikit informasi di luar sana, dan dengan informasi yang lebih baik, orang-orang dapat pergi atau belajar di luar negeri juga. Jadi, itulah motivasinya. Kami memulai dengan sebuah presentasi di sebuah acara di @america pada tahun 2011 atau 2012. Kami mengundang banyak tamu pembicara, pelajar untuk datang dan bicara seperti apa sih rasanya belajar di Amerika Serikat, bagaimana caranya mendaftar, bagaimana kamu menulis personal statement, hal-hal seperti itu… bagaimana caranya mendapatkan beasiswa. Jadi… acara itu didatangi oleh banyak orang, jadi sepertinya cukup banyak minatnya. Jadi maka dari itu kami memulai dengan sebuah blog. Kami merasa itu adalah cara yang mudah untuk mencapai banyak orang tanpa berada di Indonesia. Jadi… kami memulai dengan sebuah blog, dan melanjutkannya dengan acara-acara, dan kemudian kami mempunyai program mentorship yang dimulai lima tahun yang lalu. Kami memasangkan individu dengan mentor yang biasanya sudah pernah belajar di unviersitas di luar negeri. Dan kemudian mereka akan mendapatkan mentorship one-on-one, bagaimana mereka bisa mendaftar ke universitas-universitas ini, mereka juga bisa mendapatkan ulasan terhadap essay mereka, mereka bisa belajar bagaimana caranya melakukan tes-tes. Jadi… organisasi ini bertujuan agar orang-orang dapat belajar di luar negeri.
K: Jadi Indonesia Mengglobal menghubungkan orang-orang yang mempunyai mimpi untuk pergi ke sekolah atau bekerja di luar negeri, apakah ada pengalaman yang menarik dari anggota-anggota yang pernah kamu dengar?
V: Hmm, mungkin nggak terlalu menarik, tapi karena programnya sudah berjalan cukup lama, aku merasakan manfaatnya ketika aku melihat banyak cerita sukses, jadi… sekarang kami mempunyai orang-orang yang belajar di Stanford misalnya, dan kemudian mereka juga menjadi mentor, jadi kami mempunyai orang-orang yang dulunya mentee sekarang menjadi mentor. Aku masih berbicara dengan mentee-ku dari beberapa tahun yang lalu, dan… sangat senang sekali melihat seberapa jauh mereka telah berjalan. Jadi, menurutku ini adalah hal yang baik dari mentorship 1:1 pada umumnya karena kamu dapat benar-benar melihat dampaknya ke seorang individual dibandingkan dengan ketika kamu menulis atau nggak dapat melihat orangnya secara langsung, tapi ketika itu one-on-one, kamu bisa merasa sangat bangga ketika melihat bagaimana waktumu dapat menguntungkan orang lain.
K: Aku rasa pasti ada pendengar yang ingin tahu lebih banyak tentang bagaimana mendaftar ke program mentorship dari Indonesia Mengglobal, apakah kamu bisa menjelaskan sedikit tentang bagaimana caranya mendaftar mentorship?
V: Tentu, jadi itu adalah program tahunan, kamu bisa mengecek indonesiamengglobal.com untuk melihat kapan itu akan ada. Biasanya sih ada di sekitar bulan Mei, jadi mungkin sekarang sudah tutup, tapi programnya ada setiap tahun. Jadi, situsnya adalah indonesiamengglobal.com, meskipun programnya sudah tutup, tapi kamu bisa belajar banyak dari membaca tulisan-tulisan yang sudah ada di situsnya.
K: Jadi ini agak nyambung dengan Indonesia Mengglobal, ayo kita berbicara tentang mentoring. Menurutmu, mengapa mentoring itu penting? Kalau aku lihat dari tadi, kamu sepertinya sangat tertarik dengan mentoring untuk orang lain. Mengapa menurutmu hal itu penting?
V: Aku rasa… Itu salah satu cara yang baik untuk meneruskan kebaikan. aku merasa dalam banyak hal orang-orang sudah membimbingku, jadi aku merasa mentoring adalah cara yang baik untuk melanjutkannya ke orang lain. Aku telah menjadi bagian dari baik program mentoring Indonesia Mengglobal dan Indo2SV, yang merupakan program untuk membimbing orang Indonesia yang ingin magang di Silicon Valley. Aku telah melakukannya dengan dua perempuan, dan pada dasarnya melihat mereka magang di Google, menjadi karyawan penuh waktu di Google, adalah pengalaman yang sangat berharga, karena aku dapat melihat dengan jelas dampaknya pada mereka. Dan aku merasa dampak bukan hanya pada mereka, tapi juga orang lain—orang-orang Indonesia juga bisa pergi ke Silicon Valley, Google, dan semacamnya. Banyak dampak yang dapat terjadi. Aku rasa mentoring juga merupakan… menjelaskan sesuatu ke orang lain membantuku untuk mengkristalisasi konsep-konsep dengan lebih baik, dan meningkatkan kemampuan komunikasiku juga. Aku sekarang ada berada di tengah-tengah Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris, jadi… berbicara banyak di salah satu bahasa membantuku untuk menjadi lebih baik pada umumnya.
K: Aku juga penasara, apa gayamu ketika mentoring? Aku rasa nggak semua orang bisa menjadi mentor atau melatih orang, jadi bagaimana caramu menjadi mentor untuk orang lain?
V: Yeah, aku rasa orang-orang mempunyai gaya yang berbeda-beda. Aku biasanya akan menetapkan standar yang tinggi. Sebagai manajerpun, aku bukan tipe orang yang bisa memanjakan orang lain dan oke-oke saja dengan orang-orang yang malas. Sangat penting bagi kita untuk menyelaraskan ekspektasi itu, sehingga kita berdua dapat memberikan upaya maksimal kita, alih-alih memiliki hubungan yang santai yang mungkin nggak akan terlalu memnuahkan hasil. Itu satu hal, dan yang kedua, mempunyai jalur komunikasi yang jelas, seperti bagaimana mereka bisa menghubungiku, bagaimana mereka bisa menanyakan pertanyaan, dan seterusnya… pertanyaan-pertanyaan apa yang mereka dapat tanyakan, mempunyai hubungan dengan kepercayaan, menurutku sangat penting bagi mereka untuk tahu bahwa aku hanya ingin yang terbaik untuk mereka. Jadi pada dasarnya aku melakukan banyak hal karena niat terbaik, itu mungkin hal yang paling penting.
K: Pertanyaan terakhir, apakah ada pesan penting untuk para pendengar? Seperti, apa yang ingin kamu sampaikan ke orang-orang yang ingin mengejar sebuah karir di teknologi?
V: Saran utamaku adalah untuk menemukan sistem pendukung yang baik untuk kehidupan profesionalmu, ini bisa jadi teman yang kamu percayai, bisa jadi manajer, bisa jadi mentor… pada dasarnya seseorang yang kamu percayai dan ingin yang terbaik untukmu. Orang ini dapat memberikan umpan balik yang sangat baik tentang hal-hal yang kamu lakukan secara profesional. Dan bisa mendorongmu untuk melakukan hal-hal yang mungkin kamu merasa kamu belum siap. Ada saat-saat di hidupku di mana aku belum merasa siap untuk mengemban tanggung jawab baru, mengambil pekerjaan baru, dan memiliki manajer atau mentor yang snagat suportif yang sangat mengenalmu dengan baik dan mengetahui potensimu dan mempercayainya akan sangat membantumu mengembangkan karirmu. Seiring dengan ini, apabila kamu sedang mencari pekerjaan, cobalah untuk mengoptimisasi terhadap manajemen yang baik di perusahaan itu, atau apabila kamu mempunyai kesempatan untuk melakukannya, kenalilah manajermu di masa depan, dan lihat apakah orang ini adalah orang yang bisa mendukungmu dan membantumu di karirmu di masa depan.
K: Oke, jadi aku rasa itu adalah penutup dari pembicaraan kita hari ini, jadi terima kasih banyak Kak Veni untuk diskusinya. So yeah, sampai jumpa di episode selanjutnya!