Kiki (K): Halo semuanya, welcome back to Kartini Teknologi bersama Kiki dan Galuh di sini.

Galuh (G): Halo.

K: Jadi kita udah bertiga nih sama salah satu guest yang spesial, dan di sini aku juga udah lumayan lama ngikutin kiprahnya. Apa ya… menurutku ini bakal menarik karena bahasannya mungkin agak berbeda sama episode kita selama ini, karena selama ini kan lebih teknikal gitu kan, bahas data, terus machine learning. Terus sekarang kita bahas dari segi yang lain. Jadi kita pengen ngasih tau nih kalau di industri teknologi sebenarnya nggak cuma orang-orang teknikal loh, kalian juga bisa kontribusi di desain atau di komunitas. Jadi kita bakal bahas komunitas nih. Nah sama kita udah ada Kak Alanda Kariza…

A (Alanda): Halo halo semuanya.

K: Jadi Kak Alanda ini Head of Community atau… manggilnya gimana nih mbak, manajer komunitas atau…?

A: Kalo di Bahasa Indonesia sih manajer komunitas.

K: Manajer komunitas di Quora Indonesia. Udah lama belum mbak di Quora Indonesia?

A: Udah satu setengah tahunlah kurang lebih.

K: Setahu aku kan Kak Alanda kerjanya remote yah, emang Quora di Indonesia itu nggak ada kantornya atau Kak Alanda aja yang remote?

A: Jadi Quora itu dari tahun 2017 lah kira-kira, memang mereka punya satu inisiatif internasionalisasi, jadi mereka mulai meluncurkan Quora dalam beberapa bahasa di berbagai pasar baru. Sebelumnya sih di awal lebih banyak bahasa yang di Eropa gitu kayak misalnya Italia, Spanyol, Jerman… yang di Asia sih kemarin cuma ada Jepang awalnya. Terus di fase berikutnya di 2018 akhirnya Quora meluncurkan tiga bahasa baru yaitu Portugis, untuk pasarnya yang besar di Brazil yah, Indonesia, dan Hindi di India. Makin ke sini sih makin lebih banyak bahasanya… Arab, terus ada… lumayan banyak deh, Polandia, bahasa-bahasa di Eropa lainnya, di negara-negara lain makin banyak. Dan setiap kali mereka meluncurkan bahasa baru, mereka memang minimal memiliki satu manajer komunitas untuk, dalam tanda kutip megang bahasa itu. Dan ada sebagian yang berkantor di Mountain View di kantor pusat mereka, ada juga yang berkantor di kota masing-masing atau bahkan di kota lain. Misalnya ada salah satu bahasa lokal India yang orangnya di New Zealand. Jadi memang tim internasionalisasi ini banyak yang remote juga gitu. Dan kebetulan ya ini pas buat saya pribadi karena memang waktu dapet kerja di Quora tuh juga pas banget baru tau kalau hamil. Jadi ketika… waktu itu sempet sebenarnya nggak cari kerja baru karena mau fokus hamil dan punya anak. Tapi ternyata karena ada kesempatan ini dan bisa kerja dari mana aja, saya ambil pekerjaan itu. Kalau sebelum punya anak sih masih di coworking space. Cuma kalau sekarang lebih sering dari rumah sih karena memang ada kesempatan itu juga. Jadi bisa dibilang emang Quora Indonesia belum ada kantornya, cuma ya semua yang di Quora Indonesia memang masih remote dan orangnya nggak banyak.

K: Kalau di Indonesia sendiri apakah memang cuma Kak Alanda atau ada yang lain?

A: Sebenarnya sih resminya cuma saya aja. Tapi kadang-kadang kita juga dapat support dari beberapa orang Indonesia lainnya yang tersebar di seluruh dunia soal kayak untuk bantu di tim internasionalisasi itu sih. Dan kebetulan sih ya mungkin kalau nanti kalian ada kesempatan, manajer engineering-nya Quora juga orang Indonesia dan cewek juga. Menurut saya sih dia juga bisa Kartini Teknologi bisa dibilang.

K: Siap, siap. Wah berarti cuma Kak Alanda ya. Okay, kita jangan bahas remote work-nya dulu nggak sih, kita bahas role-nya Kak Alanda dulu nih yang di Quora. Kan sebagai manajer komunitas. Kalau di Indonesia sendiri kan menurut aku belum banyak yah yang menjabat Head of Community atau manajer komunitas gitu. Jadi mungkin orang-orang belum kebayang kan kerjaannya ngapain aja. Bisa diceritain sedikit nggak?

A: Kalau menurut saya pribadi sih kemungkinan besar pekerjaan manajer komunitas di setiap perusahaan dan setiap industri beda. Mungkin mayoritas perusahaan teknologi ada manajer komunitas dalam bentuk yang berbeda. Tapi kalau di Quora sendiri, untuk pendengar yang belum tau Quora itu kan platform tanya jawab untuk berbagi ilmu pengetahuan. Jadi kalau ada yang pengen kita tanya, kita bisa nanya di situ. Kalau ada yang pengen kita bagi atau kita tau sesuatu yang orang tanya, kita bisa jawab. Jadi banyak aktivitas di dalamnya yang berkaitan dengan kepenulisan. Dan… jadi Quora itu baik di tim internasional maupun di tim yang di Quora Bahasa Inggris punya hubungan relasi penulis gitu. Jadi itu salah satu hal utama yang mesti dipegang atau dikuasai oleh manajer komunitas di Quora gitu. Di mana kami sebagai manajer komunitas itu bisa membangun hubungan yang baik dengan para penulis atau mengajak orang menulis di Quora. Karena memastikan hubungan yang baik juga mendorong mereka menulis lebih sering di Quora, nanya lebih banyak pertanyaan, jawabin banyak pertanyaan. Kurang lebih seperti itu, sih. Jadi tugas utamanya sih itu. Tapi, seperti yang saya bilang Quora lagi melakukan proses internasionalisasi, jadi mungkin kalau boleh dijelasin sedikit kadang tuh ada yang mikir internasionalisasi itu sesimpel bikin situs terus ada yang Bahasa Inggris, ada yang Bahasa Indonesia. Tinggal diklik gambar benderanya. Tapi kalau Quora tuh beda banget. Meskipun dibilang Quora bahasa Indonesia, tapi konten Quora Inggris sama Indonesia tuh beda, tergantung orang yang bikin di masing-masing itu, gitu. Dan proses internasionalisasi itu kan melewati banyak fase, misalnya kayak menerjemahkan kontennya gitu. Kadang kan misalnya udah ada tim penerjemah, tapi kan nggak selalu tim penerjemah itu bahasanya enak buat dibaca. Kadang ada juga kan bahasa-bahasa yang kaku banget, jadi saya juga bertugas untuk melihat hasil terjemahannya kayak gimana, apakah produk Quora di Indonesia ini pas buat pasar Indonesia atau nggak. Karena kan bisa dibilang Quora Indonesia itu salah satu produk Quora Internasional yang pertumbuhannya cukup signifikan. Dan nggak semua elemen dari produk itu kan bisa diaplikasikan ke semua negara ya, mungkin ada satu pasar yang lebih suka kayak gini, ada yang nggak. Misalnya ada yang bahasanya lebih kaku, kalau Indonesia kan mungkin lebih conversational atau lebih kasual gitu kan. Juga ngeliat konten, ada konten-konten yang menyerang orang lain atau nggak.

K: Moderasi gitu ya berarti?

A: Itu mesti diperhatikan banget karena apalagi di Indonesia ada UU ITE yang pasal karet atau misalnya Kominfo pernah ngeblok Tumblr atau Reddit karena konten macem-macem. Jadi mungkin di Quora Bahasa Inggris pertanyaan dewasa tuh lebih… nggak dianggap provokatif tapi kalau di Indonesia mungkin salah sedikit bisa jadi… takutnya berdampak ke Quora. Buat pendengar, ada anak saya…

K: Kayaknya dedeknya mau ikut jawab. Tapi menarik ya Kak Alanda nyebutnya penulis kan, karena tech company in general nyebutnya user gitu yah.

G: Pengguna, gitu.

K: Kalau ini disebutnya penulis. Jadi emang kayaknya Quora itu sangat fokus banget ya dalam… nggak main-main sama kontennya.

A: Dan memang departemennya juga disebutnya Writers Relation, dan tiap minggunya di Quora Indonesia dan bahasa-bahasa lain kita memilih penulis terbaik. Jadi pengguna yang ngasih jawaban-jawaban yang bagus, terus di bidang-bidang tertentu gitu. Jadi emang sangat diperhatikan, sih. Dan lumayan detil sampai soal… kayak Quora punya kebijakan “be nice, be respectful”. Jadi kita harus berkata yang sopan dan baik ke orang lain. Kayak misalnya credential, jadi untuk jawab pertanyaan di Quora itu… maaf ya ada suara backing vocal. Tapi untuk menjawab pertanyaan di Quora itu baiknya punya credential. Jadi kayak misalnya “Galuh, founder Kartini Teknologi”. Jadi kalau Galuh jawab pertanyaan tentang podcast, orang bisa ngeliat kredibilitas Galuh kenapa jawab pertanyaan itu, karena ada tulisan ternyata Galuh itu mendirikan podcast soal teknologi dan pemberdayaan perempuan. Gitu sih kurang lebih.

K: Kalau gitu bisa dibilang nggak kita nggak bisa sebagai anonim?

A: Bisa, maksudnya ada fitur anonim tapi ya sebenarnya nggak apa-apa juga sih. Cuma ya kita lebih nyari jawaban-jawaban berkualitas dari ahli dari berbagai bidang, dan itu kita bisa ketahui dari credential.

K: Terus kalau biasanya itu singgungan sama tim apa aja, sih? Atau kerja sama sama tim produk kah, atau cuma sama tim tadi… yang Writers Relation?

A: Kalau misalnya Indonesia itu tuh lumayan beruntung, karena tadi saya bilang kan, manajer engineering-nya Quora di Mountain View itu orang Indonesia. Jadi dia bisa jadi mata kedua saya untuk kayak ngelihat Quora Indonesia, terus juga dari segi teknis juga mungkin dia juga bisa ngasih masukan atau bisa ngelakuin sesuatu untuk bikin pengalaman pengguna Quora ini jadi suatu pengalaman yang bagus, gitu. Tapi di sisi lain mungkin yang harus bersinggungan tiap hari, pertama ada tim namanya tim Internasionalisasi. International relations team, gitu. Isinya lebih banyak engineer gitu yah, jadi kalau misalnya ada masalah atau ada bug ngobrol sama mereka. Terus tentunya tetap berhubungan sama tim kayak legal juga. Karena juga Quora punya program namanya program mitra, jadi ini belum dibuka buat umum tapi ada beberapa orang yang karena menggunakan Quora dengan cukup baik, mereka dapat kesempatan untuk jadi mitra, dan mereka bisa nanya pertanyaan di Quora dan dibayar, menerima pendapatan kalau misalnya pernyataannya itu juga diikuti banyak orang atau dapat jawaban-jawaban yang bagus. Untuk kayak gitu kan kita juga mesti ngobrol sama legal, kayak misalnya soal ngomongin pajak, ngomongin kayak gitu-gitu loh. Selain itu juga sama tim support mengenai support, kalau misalnya ada yang nggak bisa log in, atau macem-macem itu juga harus ngobrol sama mereka. Selain itu… sama tim lokalisasi, jadi semua soal penerjemahan, kalau misalnya ada satu string yang ternyata belom diterjemahkan gitu, kayak itu kan mesti diliat gitu. Apalagi ya… dan tentunya ya sama penggunanya sendiri, sih, gitu. Karena Quora tiap meluncurkan sesuatu ngundang beberapa pengguna yang sering pakai Quora untuk dapat feedback mereka, gitu. Jadi yang udah ikut Quora dari awal, atau aktif di Quora Bahasa Inggris juga, mereka bisa kasih masukan Quora Indonesia ini fitur barunya gimana, apa yang bisa diperbaiki gitu-gitu.

K: Jadi fiturnya antara Quora yang global dan Indonesia beda ya?

A: Bisa beda. Jadi kayak… ada hal-hal yang diluncurkan di Quora Bahasa Inggris duluan, nanti baru diluncurkan di bahasa lain. Ada fasenya gitu. Mungkin kayak misalnya Bahasa Jerman dapet duluan, terus Indonesia berikutnya, terus mungkin ada bahasa lain yang baru diluncurkan jadi belum dapet. Tapi fitur-fitur utamanya sih biasanya sama, tapi fitur baru kayak misalnya kita ada yang namanya Spaces atau Quora Spaces, atau Ruang, itu di Indonesia baru ada belakangan setelah di Quora Bahasa Inggris ada duluan. Karena kan mungkin mereka masih banyak perbaikan yah dari produknya sendiri.

K: Kayaknya ada yang kayak serba serbi perguruan tinggi itu Spaces ya?

A: Iya itu Spaces. Kayak gabungan… kombinasi antara grup sama blog gitu. Jadi kayak blog tapi banyak yang bisa banyak yang nulis di sana.

K: Terus kalau boleh bahas tentang KPI sedikit, bisa diceritain nggak kira-kira KPI-nya seperti apa tuh? Kayak misal… mungkin pertumbuhan pengguna-kah, atau apa sih yang biasanya diukur dari kerjaannya Kak Alanda?

A: Sebetulnya itu sih nggak mengukur kesuksesan pekerjaan saya pribadi gitu. Tapi ada beberapa metric atau KPI yang memang kita coba pantau tiap minggunya, kayak misalnya kalau di Quora yang penting selain jumlah pengguna tuh keaktifan mereka, jadi kayak mereka berapa lama sih browsing atau buka Quora? Terus… dan yang paling penting tuh juga jumlah pertanyaan dan jawaban gitu. Karena kan apa namanya… itu juga menunjukkan perkembangan… maksudnya kayak, kalau penggunanya banyak tapi nggak ada yang nanya nggak ada yang jawab kan, nggak ngaruh. Tapi yang kita lihat juga kuantitas pertanyaan dan jawaban dan juga kualitas dari pertanyaan dan jawaban itu sendiri. Makanya kalau misalnya buka Quora, mungkin ada pertanyaan yang ditulis dengan kurang bagus tapi mestinya 80-90% pertanyaan ditulis dengan format, grammar yang cukup bagus karena kita juga memperhatikan hal itu. Makanya kita percaya Quora bisa punya pengalaman pengguna yang lebih bagus daripada kayak… kan orang suka nanya “terus apa bedanya dong sama Ask.fm atau Yahoo! Answers?” kayak gitu kan. Ya karena orang sebisa mungkin harus ada credential-nya, misalnya, sebisa mungkin mereka menulis pake… bukan EYD deng sekarang, PUEBI. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Itu kita perhatiin banget gitu, karena kita pengen Quora bukan sekadar tanya jawab terus kayak cerita pengalaman aja gitu tapi itu bisa jadi tempat berbagi ilmu pengetahuan juga, intinya sih berbagi pengetahuan.

G: Kalau misalnya menurut Kak Alanda sendiri, sebenarnya perusahaan lokal itu udah seberapa sadar sih dengan adanya peran atau impact dari komunitas?

A: Menurut saya sih udah lumayan oke kok, dalam arti… kayak… sebelum di Quora kan saya sempat kerja di Kata.ai. Mereka bergerak di bidang artificial intelligence. Em…. mungkin kalau di sana nggak ada yang namanya manajer komunitas persis gitu, tapi mereka kerja bareng… soalnya kan kurang lebih mereka jual kayak… apa namanya, yang mereka jual itu bisa dipake sama developer gitu. Kayak mereka punya studio buat bikin chatbot gitu misalnya, jadi nanti yang ngerjain para developer yang ada di luar sana, bisa ngerjain buat klien mereka masing-masing. Dan menurut saya sih… yang bisa saya lihat kan contohnya di situ. Walaupun mereka nggak punya manajer komunitas, tapi mereka punya acara-acara untuk… kayak support system untuk para developer. Misalnya kan developer ada pertanyaan, mereka ada kayak channel Slack sendiri, bisa nanya di situ misalnya. Terus juga mereka bikin ketemuan untuk sharing perkembangan soal produk gitu. Jadi itu menurut saya sih cara berhubungan dengan komunitas bisa beda-beda, contohnya kayak gitu. Itu kan perusahaan yang bisa dibilang loka. Contoh lain mungkin, kebetulan suamiku kerja di e-commerce jadi mungkin bisa bandingin, meskipun e-commerce-nya bukan e-commerce Indonesia tapi dari luar, tapi contohnya kan e-commerce bisa me-manage komunitas dengan cara membina hubungan yang baik dengan para seller gitu misalnya, atau bikin acara yang bikin penggunanya seneng, kayak misalnya ngundang… sekarang lagi jaman kan ngundang artis luar negeri kayak Korea, gitu. Jadi… atau bahkan mungkin misalnya dari segi, apa ya… temenku ada yang punya brand kosmetik gitu, dia juga suka bikin tiap bulannya ketemuan sama pengguna kosmetiknya dia untuk acara macem-macem kayak kemarin mereka bikin acara kelas melukis bareng-bareng terus yang dateng kayak 30 orang dari pengguna setia kosmetiknya, gitu. Jadi menurut saya sih, sebenernya proses manajemen komunitas itu sudah dilakukan kok sama banyak pihak meskipun mereka belum punya orang yang namanya manajer komunitas, gitu. Tapi caranya udah macem-macem dan nggak cuma di teknologi aja sih, tapi di perusahan lain juga udah ada, dan menurut saya itu kenapa jadi penting, karena komunitas yang menggunakan produk kita itu kan, kalau di tech kan sebenarnya kayak evangelist gitu kan, mereka jadi kayak duta dari produk kita, ngasih tau ke orang lain, bahkan kalau di Quora sendiri banyak banget pengguna Quora yang suka kirimin saya pesen untuk ngasih masukan, kayak misalnya yang paling sering “dark mode dong, kapan nih Quora ada dark mode-nya?“. Atau kalau di Twitter kita sering ngeliat orang nge-tweet kayak, “we don’t need a new feature, just let us edit our tweets”. Kayak misalnya itu kan juga hubungan sama komunitas, kurang lebih sih gitu.

G: Jadi sebenarnya bergantung banget sama produknya apa dan itu juga bisa macem-macem ya, mungkin selama ini kita secara nggak sadar udah sering ngeliat bentuk dari manajemen komunitas…

K: Tapi mungkin belum disistematisasi aja.

G: Terus dari peran ini menurut kakak yang paling menyenangkan apa sih?

A: Yang paling menyenangkan kalau kerja di Quora-nya, menurut saya sih Quora tuh jadi tempat yang menyenangkan buat kerja karena visinya berbagi ilmu pengetahuan kan. Jadi dengan jadi orang yang kerjanya bacain semua yang ada di Quora, itu menambah pengetahuan banget dari berbagai bidang, kayak misalnya soal sains, saya baru tahu kalau ada orang yang kerjanya riset anatomi kayu, jadi kayu ada anatominya ternyata. Terus kayak ada ruang yang ngebahas sains di kehidupan sehari-hari, kenapa hujan kayak gini, maksudnya hal-hal kayak gitu atau soal sejarah, sejarah Indonesia. Dulu solat ied di Indonesia sebelum merdeka kayak gimana sih? Terus ada yang bagi fotonya. Jadi kalo di Quora-nya sendiri menurut saya yang seneng itu ya kita bisa berbagi ilmu pengetahuan dan baca pengetahuan orang lain gitu. Dan kadang orang-orang yang nggak berbagi pengetahuan itu di media sosial misalnya atau di platform lain tapi mereka berani membagi itu di Quora, gitu. Tapi kalau jadi manajer komunitas sendiri sih, saya dapat kesempatan untuk membangun hubungan dengan orang-orang yang pinter-pinter ini, dan mereka juga berbagi banyak hal lah, pengalaman mereka, dan banyak juga dari mereka yang nggak tinggal di Indonesia, misalnya, yang lagi S3 atau jadi dosen di luar negeri, gitu jadi bisa punya hubungan baik dengan orang-orang yang berbagi ilmu seperti itu sih menurut saya kesempatan yang nggak didapet di tempat lain.

K: Menarik sih, soalnya aku sering banget liat di Quora ada sentimen bahwa, “orang-orang yang di Quora itu biasanya orang-orang yang tinggal di luar negeri, kayak gitu-gitu yang high profile”. Itu dari Quora-nya sendiri emang dari awal memfokuskan untuk pasar itu apa gimana sih? Apa itu terjadi begitu aja?

A: Sebetulnya nggak, tapi itu kayaknya sesuatu hal yang terjadi begitu saja, karena ya sebenarnya bukan di Quora Indonesia aja sih, tapi Quora bahasa Inggris kan kayaknya juga ada kecenderungan ke sana. Orang-orang yang tertarik adalah orang-orang yang kayak misalnya akademisi gitu karena ya… karena kan di Quora jawab pertanyaan boleh, tapi sebisa mungkin kayak ada referensinya, kayak kenapa lo bisa ngomong kayak gitu, emang beneran? Jadi jawaban yang dapat banyak dukungan naik itu yang punya kredibilitas tinggi, dan mungkin nggak semua orang seniat itu kan buat jawab pertanyaan kayak gitu. Mungkin kalau buat akademisi atau dosen kan mereka udah biasa untuk meng-backup argumen dengan data. Tapi… sebenarnya sih, walaupun kelihatannya kayak gitu, tapi menurut saya nggak sepenuhnya bener kayak gitu, karena di Quora juga banyak, saya nggak nyangka juga sih, tapi kayak ada pertanyaan soal ojek daring gitu. Ternyata ada beberapa pengemudi ojek daring yang jawab pertanyaan di Quora dan mereka ngasih tau, “ini loh…” kayak misalnya ada pertanyaan berapa sih uang yang didapat ojek daring sehari gitu. Dan ada yang jawab, kasih screenshot, ini pendapatan saya per hari, jadi sebulan saya bisa dapet segini, dan hidup saya lebih baik dari pada waktu dulu saya kerja sebagai apa. Jadi walaupun kelihatannya banyak yang high profile, tapi juga banyak juga yang cerita pengalaman-pengalaman sehari-hari mereka, bahkan ada juga yang kayak masih SMA terus jawab pertanyaan di Quora. Dan itu baru kadang-kadang terbuka kalau kita bikin acara meetup gitu sih, kayak “oh ternyata”.

K: Ngadain meetup gitu ya berarti?

A: Ada, minimal sekali setahun sih, namanya Quora World Meetup Week, jadi serentak di seluruh dunia. Kalau tahun 2018 cuman di Jakarta, tapi tahun kemarin udah ada banyak sih, kayak ada di Jakarta, Surabaya, Bandung, Jogja, Makassar, Aceh… sebenarnya Papua juga waktu itu mau bikin tapi kayak jumlahnya masih terlalu sedikit orangnya yang bisa dateng. Tapi mudah-mudahan tahun depan bisa lebih banyak lagi, sih.

K: Wih seru ya.

A: Ternyata banyak yang make Quora.

K: Terus tadi kan udah cerita tentang yang seneng-seneng nih. Tantangannya apa sih, kak?

A: Tantangannya mungkin… lebih ke… berhubungan ke komunitas gitu kan, karena mereka juga masalahnya macem-macem. Kayak sering… nggak sering sih, beberapa kali ada orang yang merasa di-harass orang lain atau pengguna lain gitu, sementara orang satunya “nggak kok nggak, gue nggak bully dia”. Atau kayak ada yang ngerasa, “iya nih ada pengguna ini suka godain gue” ntar orang yang lain kayak “nggak kok, emang kita suka sama suka”, kayak gitu loh. Maksudnya kadang hal-hal kayak gitu suka random, tapi kan karena semuanya virtual saya nggak tahu yang bener yang mana. Jadi kadang tantangannya suka aneh-aneh gitu, tapi ya menarik sih, karena kita juga di tim internasonalisasi kan juga punya satu channel Slack juga. Jadi kalau misalnya ada isu bisa bertukar informasi sama manajer komunitas di negara lain. Ternyata di negara lain lebih aneh-aneh lagi problematikanya, gitu.

K: Iya sih, berhubungan sama orang tuh kadang, unik-unik orang ya.

A: Apalagi kan, kita cuma bisa tau, oh orang ini… mungkin kita tau alamat *e-mail*nya, tapi kan alamat e-mail bisa aja saya namanya bukan Alanda terus nulis namanya Alanda misalnya gitu kan. Kan kita nggak tau. Sementara kayak dengan adanya GDPR dan lain-lain itu udah kayak nggak mungkin kita store KTP apa mereka di server kita.

K: Tapi itu diberlakukan ke semuanya kalau di Quora? Soalnya GDPR kan, cuma di Eropa.

A: Sebenarnya sih, intinya kita berusaha menghindari nyimpen data privasi orang lain aja sih. Cuma ya karena itu juga kita jadi nggak tau ini penggunanya bener namanya ini nggak, sih. Kayak misalnya fotonya cewek, kayak beneran nggak sih? Kita kan nggak bisa tau banyak. Kayak gitu-gitu sih.

K: Terus, mungkin… bahas sedikit tentang, awal-awal kan Kak Alanda background-nya aktivis gitu ya. Pengalaman selama jadi aktivis dulu itu ngebantu kerjaan kakak yang sekarang ini, nggak?

A: Mungkin yang pertama kayak jadi ada bayangan gimana berurusan dengan orang yang beda-beda karakter, gitu. Karena kan berorganisasi juga orangnya karakternya berbeda-beda, gitu. Dan juga datang dari latar belakang yang berbeda-beda pula. Karena misalnya Quora, mungkin bukan di Indonesia aja sih, tapi di banyak negara kan sekarang udah ada yang namanya politik identitas, polarisasi, jadi kadang kayak misalnya apalagi yang kemarin mau pemilu komentar orang soal Jokowi, Prabowo, itu bisa serem banget. Dan orang dateng dari berbagai bidang. Kadang juga ada pertanyaan kayak, “apa alasan kamu meninggalkan Islam?”, “apa alasan kamu meninggalkan Kristen?”. Itu kan mungkin sebenarnya orang yang nanya beneran penasaran, tapi orang kayak, “kok pertanyaannya gini sih?” Dengan pernah berorganisasi, kita jadi tahu gitu, gimana sih kita berinteraksi dengan orang yang agamanya berbeda, latar belakang berbeda, latar belakang pendidikan berbeda, gitu sih. Yang menurut saya juga penting adalah, karena kegiatan yang dulu kan jadi punya jaringan orang yang ahli di berbagai bidang, dan itu sangat membantu ketika orang meluncurkan, yang namanya kalau di Bahasa Indonesia “Tanya Mereka di Quora”, kalau di Bahasa Inggris namanya “Quora Sessions”. Jadi kita menampilkan orang yang ahli di bidang tertentu dan kita bisa nanyain mereka di Quora. Kayak misalnya kemarin pas kampanye Sandiaga Uno, walaupun dia cuma jawab sedikit sih pertanyaannya, tapi orang bisa nanyain dia. Terus kita pernah ngajak Pak Chatib Basri juga, yang kayak cerita, gimana sih keseharian jadi menteri? Terus dia cerita waktu dia jadi menteri gimana. Jadi mungkin akses ke orang-orang yang high-profile itu belum tentu saya punya kalau saya nggak berorganisasi. Karena kan kalau nggak kenal kadang susah juga ya kirim e-mail, bisa dibales, bisa nggak, apalagi kalian juga kan pasti udah berkali-kali ngirim e-mail ke banyak orang.

G: Aku penasaran sih tapi, kalau di moderasi tadi, let’s say ada orang yang melanggar kode etik Quora gitu. Itu apakah dia langsung di-ban atau ada levelnya?

A: Ada levelnya, tergantung juga sih. Kalau misalnya dia pake nama palsu kayak misalnya “Alanda Cantik”, itu dia bakal langsung di-flag, jadi dia nggak bakal bisa ngedit di Quora sebelum namanya pakai nama asli. Dan biasanya kita kayak coba untuk nanya profil LinkedIn mereka karena biasanya LinkedIn pake nama asli, punya LinkedIn nggak. Kadang banyak perdebatan juga sih soal itu, kayak misalnya “ya tapi saya terkenalnya di sosial media pake nama ini” padahal bukan nama aslinya. Itu mungkin kayak kalau mereka udah ganti, bisa pake Quora. Tapi kalau udah hate speech, mungkin kalau hate speech-nya banyak itu di-ban, ban-nya bisa dibuka tapi mereka harus kayak banding. Terus kalau jadi mitra di Quora, kalau mereka berusaha dapetin banyak uang tapi fraud, mereka juga bisa langsung dikeluarin dari program mitra Quora. Jadi macem-macem sih, kadang cuma saya kirimin e-mail, “eh, ada banyak pengguna nih yang terganggu sama jawaban-jawabanmu atau pertanyaan-pertanyaanmu, jadi kalau bisa ke depannya jangan gitu lagi ya”, “kalau ngomongin cewek jangan merendahkan gitu dong”, misalnya gitu, “nanti kalau begini terus bisa di-ban loh”. Jadi ada juga yang cuma dikirimin pesen aja.

K: Itu frekuensinya sebanyak apa tuh kalau ngurus kayak gitu? Tiap minggu adakah?

A: Ada tim moderasi juga sih dari Quora, gitu. Jadi saya sih nggak harus ngelakuin semuanya, tapi biasanya saya mengulas atau melihat yang kasus-kasus spesial. Jadi kayak misalnya grey area. Atau kalau yang ada pengguna yang ngelaporin gitu. Tapi kalau misalnya hal-hal kayak spam gitu kan udah jelaslah, bisa dilakuin sama tim moderasi kan, kayak udah keliatan “oh, ini kayaknya spam.” Tapi kasus-kasus spesifik gitu, ya tiap minggu, tiap hari pasti ada sih. Tapi nggak bisa sampe nggak bisa tidur juga.

K: Terus… mungkin aku pengen tanya juga tentang perbedaan antara kerja di perusahaan teknologi yang sekarang, dan bahkan di Indonesia cuma ada satu orang, sama selama Kak Alanda kerja mungkin pas di korporasi gitu. Dulu kan sempet di Unilever gitu kan. Pasti beda banget dong. Itu gimana tuh, perbedaannya apa?

A: Mungkin bedanya kayak marketing sih. Karena Quora tuh CEO-nya lumayan idealis. Kita jarang kan ngeliat iklan Quora. Maksudnya jaranglah. Sementara iklan Unilever, tiap nyalain TV, ada iklan Unilever. Sekarang buka YouTube, pre-roll-nya apalah tiba-tiba ada brand-nya Unilever gitu. Jadi mungkin padangan dua perusahaan ini soal marketing beda banget. Dan saya tuh latar belakangnya marketing, jadi kayak buat saya marketing itu seusatu yang penting dan mesti kita perhatikan. Jadi ya bedanya, gimana cara eksekusinya aja sih, karena marketing di dua-duanya bisa dilakuin, tapi eksekusinya kan beda-beda. Karena misalnya Unilever mereka punya budget yang sangat sangat besar buat bikin iklan, buat campaign dan lain-lain. Sementara Quora kan beda banget, dan belum tentu mereka punya tujuan, kayak harus jualan banget, kan juga nggak. Terus bedanya juga mungkin di Quora kerjanya jauh lebih individual, maksudnya kita bisa ngobrol satu sama lain tapi kita harus punya inisiatif sendiri, kalau ada perlu nanya dan lain-lain. Sementara di Unilever itu kan kayak ada semacam mentor yang bisa kita tanyain.

G: Aku tadi tertarik sih denger Kak Alanda bilang kan memang Quora itu termasuk perusahaan yang CEO-nya idealis banget. Nah di sana itu gimana sih nilai-nilai yang dipegang sama CEO-nya atau atasan diturunkan ke employees, sehingga ketika eksekusi itu menuruti nilai-nilai tersebut?

A: Kalau menurut saya sih yang jadi ini juga proses rekrutmennya sih. Maksudnya, ya… yang direkrut juga lumayan cocok sama nilai-nilai yang dipunyai sama perusahaan. Jadi kalau misalnya ada orang baru di kantor, itu bisa dibilang sih saya cocok-cocok aja ke mereka. Kayak misalnya yang paling gampanglah, mereka punya jauh lebih banyak introvert daripada extrovert di kantor. Itu kan juga kayak value kan. Dan proses wawancara juga mungkin menunjukkan hal itu. Tapi yang lainnya, apa ya… sebetulnya dari kebijakan-kebijakan Quora udah keliatan sih, kayak yang tadi misalnya “be nice, be respectful”. Jadi kan kemungkinan besar karyawannya juga memiliki penekanan terhadap pentingnya bersikap sopan dan santun. Mungkin value lainnya kayak, ya, karena perusahaan Amerika jadi mungkin lumayan straightforward kalau ada masalah. Tapi juga ya setelah beres juga ya udah gitu. Mungkin kalau di Indonesia kan nggak enak hatinya taun lalu, sampe tahun ini masih nggak enak. Tapi kalau di sana nggak, misalnya “eh Alanda, lo kemaren mestinya gini gini, kok belom?” “iya sori sori, gue soalnya…” apa, gitu jadi itu sesuatu yang bisa lewat begitu aja.

G: Terus… kira-kira skills apa aja sih yang dibutuhkan untuk orang yang ingin berkarir di bidang community management?

A: Sebetulnya saya nggak tau. Karena balik lagi, komunitas di tiap tempat kan beda-beda, jadi kemungkinan skill-nya juga beda-beda. Tapi harus bisa jadi kayak semacem… kalau di buku Susan Cain yang judulnya Quiet, dia bilang kalo lo introvert lo harus bisa pura-pura jadi extrovert beberapa saat. Menurut saya sih di komunitas itu jadi penting, karena kita harus berinteraksi sama orang lain, nanya, apalagi kalau ada meetup gitu kan kayak kita beneran ketemu orang, jadi harus bisa punya kayak people’s skills gitu kali ya, dan ngebaca reaksi mereka, nyoba untuk ngasih solusi terbaik kalo misalnya ada masalah. Dan berusaha untuk memberi lebih sih, kayak go the extra mile. Karena kan ketika berusaha memberi lebih ke orang yang ada di komunitas kita, mereka juga mungkin bisa mengapresiasi dan itu bagus juga buat brand atau buat perusahaannya, karena mereka dapat bantuan yang cukup, gitu. Sementara kalo misalnya kita nggak membantu, kan mungkin mereka jadi ngerasa “ngapain gue main Quora, kalau misalnya ada bug nggak ada yang peduli.” Misalnya gitu. Itu juga harus dilakukan sih, itu juga berguna di komunitas segala macem ya, bukan Quora aja atau teknologi aja.

K: Mungkin kayak, skill untuk menempatkan diri di situasi aja kali ya. Kayak, adapt gitu sama tiap situasi. Oke, kita mungkin shifting sedikit ke background-nya Kak Alanda yang dulu S2-nya belajar tentang behavioral science. Nah, itu ngaruh nggak sih ilmu yang didapatkan selama belajar behavioral science, dan kerjaan Kak Alanda sekarang itu kan ada sedikit tentang psikologi kan ya mungkin, itu bermanfaat nggak sama kerjaan Kakak sekarang?

G: Atau mungkin cerita dulu behavioral science itu apa?

A: Behavioral science itu apa ya, ya ilmu ekonomi perilaku, intinya gimana sih kita bisa nyoba untuk mengaplikasikan temuan-temuan soal perilaku manusia ke tempat-tempat di mana manusia mengambil keputusan, termasuk di antaranya bisa mengoptimalkan sebuah produk supaya penggunanya bisa menggunakan produk tersebut dengan lebih baik. Mungkin kalau di teknologi kepake banget di UI/UX sih, kayak tombolnya mesti warna apa dan segede apa biar keliatan supaya orang mau donasi di platform kita, dan lain-lain. Jadi bisa dibilang sih mungkin bergunanya ya dengan adanya insight yang kita dapet dari mempelajari pengguna, mungkin saya bisa ngasih masukan ke tim engineering, kayak “eh eh, kayaknya keberadaan fitur ini orang pada nggak tau deh, soalnya kayak, misalnya… logonya warnanya abu-abu muda, jadi nggak keliatan.” Misalnya gitu. Bergunanya sih lebih ke situ sih, ngeliat perilaku pengguna, gimana mereka menggunakan produknya dan mungkin bisa ngasih masukan ke tim yang ngerjain itu. Karena memang behavioral science kan soal perilaku, perilaku manusia gitu kan, dan gimana kita mengambil keputusan berdasarkan informasi yang ada. Walaupun ya belom sampe saya yang ngubah produknya, tapi paling nggak itu bisa menjembatani antara kebutuhan pengguna dan tim di Quora untuk mengoptimalkan pengalaman pengguna dalam menggunakan produknya sih, kurang lebih.

K: Tapi itu kan pasti baru berdasarkan observasi kan yah. Itu Kakak meng-backup-nya dengan data juga nggak?

A: Di Quora sih ada kayak tools-nya, maksudnya kayak metrics-nya macem-macem dan itu banyak data yang bisa ditarik. Misalnya orang kayak membagi konten Quora di WhatsApp gitu misalnya, itu kan jadi banyak yang kita bahas juga secara internalnya. Ada datanya dan lumayan detil banget sih. Cuman ya karena kapasitas saya sebagai manajer komunitas, jadi kan ada batasannya juga apa yang bisa dikerjain dan apa yang nggak. Jadi behavioral science itu berguna banget, tapi baru dalam batasan-batasannya. Sementara ketika waktu saya S2 kemarin kan saya tentunya berharap bisa lebih luas dari itu. Tapi kerja di Quora ini bisa jadi tempat belajar, mudah-mudahan bisa jadi mengimplementasikan behavioral science di tingkatan yang lebih tinggi atau lebih luas lagi ke depannya.

K: Tapi itu berarti idealnya kayak gimana sih, kalau yang lain tuh biasanya kerjaannya ngapain gitu seorang lulusan…

A: Kalau behavioral science yang idealnya tuh, yang saya pengen lakuin ya, punya dampak ke kehidupan orang lain secara sosial. Kayak misalnya penerapan-penerapannya misalnya, ada… kita mengubah desain kantin suatu sekolah supaya anak-anak lebih banyak makan sayur dari pada keripik yang berbagai rasa. Jadi misalnya kayak sayurnya ditempatin duluan, karena biasanya yang diliat duluan mereka ambil. Terus contoh lainnya, kayak misalnya gimana kita bikin suatu produk digital, bikin orang nabung lebih banyak atau berinvestasi lebih banyak… menggunakan perubahan-perubahan yang sangat kecil dan minimal, tapi mempelajari dari perilaku-perilaku manusia. Kayak misalnya… satu intervensi yang menarik kemarin dilakukin Kementerian Keuangan dibantu behavioral science team dari Inggris, dan saya bantu mendesain intervensinya juga, itu kayak misalnya penemuan di behavioral science bilang, kalau misalnya kita nulis komitmen kita itu kita more likely atau lebih mungkin untuk memenuhi komitmen itu. Dan waktu itu dicoba diimplementasiin saat lapor pajak, bulan Maret, kan tanggal 31 Maret lapor pajak. Jadi ada intervensi yang kita ngirim e-mail ke para wajib pajak, mereka mesti nentuin, “saya akan lapor pajak tanggal berapa Maret”. Dan ternyata jumlah orang yang nggak deket-deket deadline karena mereka udah commit untuk bayar pajak lebih cepet banyak.

K: Mungkin kita beralih sedikit ke kerja remote. Tadi kan udah dibahas sedikit kan kalo kerja remote itu masih terasa seperti privilege kalau di Indonesia karena belum banyak yang punya kesempatan itu. Terus kakak sendiri itu dulu emang udah dari awal dibolehin remote atau Kakak yang request?

A: Emang boleh remote karena di Quora belom ada kantor di Indonesia. Jadi maksudnya kalaupun nggak remote saya membuka kantor saya sendiri. Jadi emang nggak request tapi emang… makanya pas ada lowongan itu saya kebetulan kenal sama temen saya yang kerja di Quora sebagai manajer engineering, dia bilang “eh ada lowongan tuh manajemen komunitas di Quora.” Cuman saya bilang, “aduh gue lagi hamil, gue lagi nggak tertarik buat pindah-pindah negara.” Ternyata emang, “nggak kok itu remote, dari Indonesia.” Dan ternyata karena di Indonesia belum ada kantornya, bisa pilih sendiri gitu. Makanya waktu itu saya milih coworking space* sendiri juga, sebelum punya anak. Cuma sekarang ya lebih banyak di rumah, atau ke coworking space yang kayak, mother and baby friendly. Kebetulan di Bintaro ada. Ada kayak *nursing room*-nya, ada kayak mainan-mainannya.

K: Itu kalo gitu, legalnya gimana tuh, ngurus kontrak segala macem?

A: Kalo coworking space sih lebih ke beli yang kayak individual pass aja gitu, cuma abis itu di-cover kantor. Kan bisa kayak monthly flexi gitu kan sebulan, jadi kayak nggak ada kontrak-kontrak… oh maksudnya employment? Employment-nya sih ada kontraknya.

K: Langsung dari Mountain View?

A: Langsung dari Mountain View.

K: Itu berarti, secara legal-nya gimana tuh? Pasti mereka kan nggak punya legal entity di Indonesia kan ya?

A: Walaupun sebenarnya kerjanya kayak karyawan, tapi mungkin secara legal lebih ke… jadi kayak consultant gitu kali ya? Kayak external consultant, tapi kerjaannya kayak karyawan full-time. Dan aksesnya kayak karyawan full-time, maksudnya kayak e-mail segala macem sama aja e-mail kantor dan lain-lain. Cuma legally kayak external consultant, jadi tiap tahun di-renew kontraknya.

K: Mungkin dulu di Kata.ai atau di Unilever gitu kan kerjanya dari office, dari kantor. Pas Kak Alanda shifting kerja *remote,* itu pasti beda banget kan ya. Itu ada semacam *culture shock* nggak?

A: Kalau di Unilever sama di Kata itu ada kesempatan buat work from home sehari seminggu. Malah Kata kayaknya dua kali seminggu. Dan saya termasuk orang yang suka work from home. Maksudnya sebelum punya anakpun emang udah suka gitu, karena sebagai introvert saya merasa lebih produktif ketika bekerja sendirian tanpa diganggu. Tapi mungkin yang dalam tanda kutip nggak enaknya kehidupan sosialnya berkurang banget sih. Kayak maksudnya suami saya kan ngantor, dan gimana dia bisa makan siang sama temen, atau kayak apa ya, maksudnya… punya hubungan sosial juga di kantor itu sesuatu yang saya rindukan banget. Karena, terutama di Unilever sih, kalau di Kata kebetulan waktu di sana tuh jumlah ceweknya masih dikit banget sayangnya, tapi sekarang udah banyak. Cuma kalo di Unilever kan jumlah temen ceweknya jauh lebih banyak, jadi macem-macemlah bisa ke sana kemari bareng, curhat, bisa apa. Kalau sekarang kan kayak, ya kadang curhat juga sih, tapi kayak lewat Slack ke temen yang di India jadi kayak beda kan, dan nggak bisa kongkow sama mereka gitu. Dan ketika misalnya akhir pekan, temen-temen saya karena kerja penuh waktu jadi nggak bisa diajak pergi kalau hari biasa misalnya, tapi kalau akhir pekan kan juga saya full sama keluarga kan, jadi jarang ketemu temen. Sementara kalau orang yang ngantor kan, sering ketemu temen karena di kantor ada temen. Jadi paling kayak gitu sih, bedanya.

K: Terus bahas jadwal kali yah. Karena kan kalo kerja remote kan kita nggak punya ketentuan tuh dari jam segini sampe jam segini, kita harus menentukan batas sendiri kan. Itu kalo Kak Alanda itu gimana?

A: Jadwal sih sekarang jadinya nyesuain sama jadwal dia, dia tuh saya sambil menunjuk anak saya di pojok sana. Jadi saya sekarang kalau kerja, kalau pagi sekali seminggu ada meeting sama manajer dan tengah malem ada set meeting sama tim. Tapi selain itu biasanya saya kerja biasanya kalo di siang hari dua kali, dua sesi, pagi kayak jam segini nih jam 9 sampe 11 pagi, terus siang mungkin jam 2 sampe jam 4 karena itu jam tidur anak. Terus anak tidur lagi jam setengah 7 atau 7, abis itu saya baru mulai kerja jam 7 malem sampe sekitar jam 12. Karena jam segitu suami udah pulang, jadi gantian. Karena sebetulnya saya sama suami juga ngurus anak bisa dibilang sendiri. Walaupun sekarang ada yang bantuin, tapi itu juga kayak siang aja gitu jadi nggak nginep. Dan bisa dibilang gimana ya, itu baru sebulan ini juga. Jadi sebelumnya nggak ada yang bantuin sama sekali, jadi udah ngedesain jadwalnya ya udah ngikutin jadwal anak tidur. Kalau misalnya suami belum pulang, kadang dia juga nggak bisa ditinggal selama itu kan. Jadi kadang juga kalau siang-siang berusaha kerja, kepotong-potong jadi nggak… cuman ya sebagai manajer komunitas ada beberapa kerjaan yang bisa dari ponsel, kayak misalnya balas pesan dari user atau balas e-mail, itu kan bisa sambil lalu. Cuman kalo yang udah harus pake tools internal, ya harus laptop-an. Gitu.

K: Iya sih, apa ya, kalo aku justru karena penasaran itu, karena selama ini aku ngerasanya… ini asumsi aku aja sih ya, asumsi aku tuh kayak, kerja remote itu kayaknya lebih bermanfaat buat mereka yang udah punya anak. Karena bisa lebih deket kan sama anaknya, jadwalnya bisa lebih menyesuaikan. Sementara kalo kita masih sendiri, justru jadi sepi dan susah ketemu sama temen-temen yang lain, karena pas kita kerja mereka justru baru bisa main-main, jarang sinkron gitu jadwalnya.

A: Bener, bener banget. Dan makanya kayak… ya mungkin semuanya tergantung waktu sih. Kadang saya berharap… ya siapa tau, ini kan ideal banget buat anak saya sampe umur dua tahun karena saya bisa di rumah. Tapi mudah-mudahan siapa tahu abis dua tahun Quora jadi punya kantor representatif di Indonesia, jadi kayak bisa ada timnya, mudah-mudahan juga Quora-nya juga udah berkembang jadi nggak cuma saya doang. Jadi kayak gitu sih, harapannya.

K: Terus apa ya, mungkin hal yang… kayaknya ini obvious sih ya, hal yang paling menyenangkan dari kerja remote apa kalau buat Kak Alanda?

A: Ya itu sih, bisa ngurus anak. Karena kayaknya banyak ibu di luar sana yang mesti memilih mau jadi ibu rumah tangga atau mau ngantor. Dua-duanya pilihan yang bagus-bagus aja, tapi buat saya ini jadi spesial karena saya bisa dua-duanya, gitu. Karena buat saya pribadi yang selama ini kerja kantoran tuh, apa ya, tiba-tiba nggak ngapa-ngapain tuh juga berasa banget. Apalagi dengan adanya tekanan dari media sosial, kayak temen-temen saya yang belum punya anak sekarang kayak lagi melanglang buana, atau kayak jadi manajer, jadi head of apa, jadi CEO, startupnya dapet *investmen*t, dan lain-lain, banyak banget. Jadi kayaknya kalau saya jadi ibu rumah tangga tanpa bekerja itu bakal jadi sesuatu yang bikin saya frustrasi juga. Tapi di sisi lain saya nggak kebayang kalau ngantor dan mesti nitipin anak kayak gitu loh. Mungkin ada ibu-ibu yang bisa, tapi saya kayanya nggak bisa, jadi… mungkin nitipin anak nggak apa-apa tapi kayak kalo ke orang tua, atau mertua, atau suami, sementara orang tua dan mertua saya nggak ada yang bisa dititipin. Jadi ketika punya kesempatan untuk kerja di rumah ini, ya itu sesuatu yang saya jaga dan nikmati ajalah, karena jadi pas banget buat saya pribadi. Walaupun ada juga sih temen-temen saya yang kayak, “eh gue masih nggak bisa kayaknya work from home, soalnya pengen main mulu sama anak.” Ada yang kayak gitu cuma buat saya sejauh ini pas dan selalu diingetin orang lain sih, nggak semua orang seberuntung lo tau, bisa jadi ibu pas banget lagi ada remote job gitu.

K: Iya sih. Aku sebenarnya mendapatkan keuntungan juga, karena sebenarnya aku di rumah aku ngurusin keponakan. Hmm apa yah, mungkin kangen untuk kerja dari kantor lagi nggak? Ada kepikiran untuk balik lagi nih…

A: Kangenlah. Kangen kok. Tapi ya sekarang dengan punya anak jadi banyak pertimbangan, kayak misalnya tiap liat kantor yang ada daycare-nya, kayak “wah apa gua kerja di situ aja ya.” Tentunya pengen sih. Quora sih perusahaan yang menyenangkan, value-nya juga oke banget, tapi ya di sini masih sendiri. Cuman kalo lagi ke sana sih seru banget, kalo lagi main di Mountain View. Dengan segala fasilitasnya, orang-orangnya, kegiatan-kegiatan bersosialisasinya. Paling yang paling dikangenin dari ngantor, ya tergantung sih. Kalo ditanya kangen kerja di kantor apa nggak, tergantung kantornya juga kayak apa. Mungkin ada elemen-elemen yang nggak dikangenin.

K: Kayak commute, gitu. Apa yah, mungkin… terakhir tentang kerja remote, ada masukkan nggak untuk temen-temen yang pengen kerja remote? Karena kan selama ini orang-orang memandang kerja remote kayak, wah pasti menyenangkan, gitu-gitu kan. Tapi aku juga yakin sih ada pain point-nya juga selama ini. Jadi ada masukan nggak untuk temen-temen yang pengen kerja remote?

A: Kalau masukan, mungkin pastiin punya jadwal dan sistem sendiri. Itu jadi penting banget. Karena ya dengan bekerja remote kan, tergantung sih, mungkin kalau bekerja di perusahaan Indonesia ya jelas-jelas aja. Kayak, mesti online jam 8 - 6 sore. Kayak dulu pas di Unilever atau Kata kan juga kayak gitu, selama masih buka Slack atau channel komunikasi kantor ya udah, karena kerjaan di situ kan. Cuman kan kalo di kantornya di luar negeri kayak Mozilla atau Quora gini kan mesti kerja di jam-jam yang cukup random. Apalagi kayak di Amerika kan kebalik. Jadi mesti punya sistem sendiri. Dan buat saya ya akhirnya pas ketika kerja malem anak saya tidur karena di sana lagi on banget. Cuman kayak misalnya, karena di Amerika, Sabtu masih harus kerja, tapi Senin jadi nggak harus kerja.

K: Ngikutin yah?

A: Nggak harus sih, cuma kayak, ada ditanya aja. Kayak gitu-gitu loh. Mungkin punya jadwal dan sistem sendiri, itu jadi penting. Terus apalagi ya, mungkin cari cara buat bersosialisasi kali yah. Mungkin kalo masih single gitu daftar coworking space yang punya member, kalaupun kayak saya sekarang coba untuk tetep ketemu sama orang-orang di berbagai bidang, atau ya temen-temen aja gitu. Jadi bisa ngobrol, bisa bertukar pikiranlah.

K: Stay in touch lah ya sama the outside world.

A: Dan mungkin sebelum kerja mandi dulu, kadang kayak kita remote kayak, haduh males banget di tempat tidur terus buka laptop. Tapi kayak mandi, atau kayak duduk di meja, itu kan ada bedanyalah, atau sambil ngopi atau apa. Ada kalanya dulu, haduh males banget nih, masih di selimut, kamar berantakan…

K: Aku juga kalo misalkan lagi nggak mood untuk kerja, terus pake baju yang bener-bener kayak mau ke kantor, itu bener-bener ngaruh sih. Jadi kita berasa kayak emang beneran mau kerja nih, mode serius.

G: Vibe-nya emang vibe kerja, bukan vibe males-malesan.

A: Kalau jaman sekarang mungkin order boba, **atau kopi susu *order* dulu deh.

K: Terakhir banget nih. Ada pesan-pesan untuk pendengar nggak? In general aja sih, nggak yang harus spesifik.

A: Mungkin karena ini soal Kartini Teknologi, mudah-mudahan banyak pendengar cewek yang suka teknologi. Mungkin pesennya kalo menurut saya pribadi, apa ya, mudah-mudahan lebih banyak dari kita yang berani membahas isu perempuan di teknologi, di STEM atau STEAM ya. Berusaha untuk nyampein sesuatu aja, kayak Kartini Teknologi seperti ini. Karena saya sering banget ke berbagai panel kayak isinya cowok semua, yang dateng cowok semua. Kayak waktu itu pas kerja di Kata.ai 30 engineers, engineer yang cewek cuma satu. Kadang tuh menurut saya bukan karena mereka nggak mau accommodate cewek, tapi mungkin kitanya perlu speak up, kayak ngasih tau. Kayak Quora, nggak bisa dipungkiri penggunanya masih lebih banyak cowok. Dan ada pertanyaan kayak, “hai para laki-laki, menurut kamu kalau istri nggak bisa masak, gimana?” Itu ada pertanyaan kayak gitu, dan itu kan suatu pertanyaan yang nggak enak didengar perempuan kan, kayak emang gue tugasnya masak doang apa? Jadi aku selalu tanya ke pengguna kayak, “eh pengguna cewek Quora, gimana sih caranya supaya Quora lebih ramah perempuan?” Dan mungkin itu sesuatu yang kita lebih sering sampaikan, gimana sih caranya bikin tempat kerja yang bikin lo sebagai perempuan mau kerja di situ? Atau gimana sih caranya kita kayak bikin tempat kuliah yang bikin cewek lebih nyaman untuk kuliah computer science. Atau bikin inisiatif-inisiatif kreatif kayak Kartini Teknologi ini, atau kayak… saya nggak selalu setuju sama Karlie Kloss tapi dengan dia bikin Code with Klossy itu kan juga kayak, keren banget dan mungkin banyak anak-anak cewek yang tertarik. Atau kayak Generation Girl, maksudnya kita bikin kayak gitu-gitu. Karena nggak di bidang teknologi aja, tapi perempuan di semua lini itu kita seringkali butuh mentor perempuan juga. Jadi kalau kita udah ada di bidang teknologi ini, gimana caranya kita bisa ngajak lebih banyak perempuan buat tertarik juga. Dan Quora sih untungnya di tim internasionalisasi itu banyak banget cewek. Dan banyak banget yang lagi punya anak gini, kita hamilnya bareng gitu empat orang. Jadi kayak seru banget.

K: Enak ya berarti ngobrolnya juga nyambung ya soal kayak gitu. Iya jadi mungkin nyediain safe space buat cewek-cewek. Karena biasanya karena kita minoritas, cewek-cewek tuh biasanya udah jiper dulu nih karena mereka ngerasa nggak ada yang sama, takutnya nggak dipahami gitu. Jadi mungkin untuk menyediakan lebih banyak safe space, untuk para cewek-cewek ini biar mereka bisa mengaktualisasi diri, itu butuh banget sih. Galuh ada lagi?

G: Dan iya kayak tadi mentor menurut aku juga penting banget sih, kalau dari aku pribadi ngeliat perempuan yang ngomong di conferences atau women engineers, ngeliatnya tuh kayak, “oh ternyata gue bisa juga loh.” That feeling tuh reassuring banget kalau buat aku pribadi, “oh ternyata gue bisa juga loh kayak mereka,” “gue juga punya kesempatan loh ternyata”. Kalau nggak ada someone to look up to tuh kadang-kadang kayak, duh susah deh to break into this field. Harapannya dengan adanya Kartini Teknologi juga kita bisa ngasih liat bahwa ternyata banyak loh perempuan yang berkarir di bidang teknologi, dan we hope that this can also inspire other women as well.

A: Dan perasaan itu juga akan memburuk ketika udah nikah dan punya anak, gitu. Dalam arti kadang buat saya pribadi, ngeliat seorang perempuan yang udah punya anak tapi tetep bisa berkipirah, apalagi di bidang teknologi tuh ya itu, reassuring. Karena kadang kita ngerasa, “oh ya mungkin gue udah nggak bisa ngapa-ngapain lagi kali ya, orang gua udah… gua punya anak gitu, mesti diurusin”. Kayak gitu loh. Tapi ternyata banyak contoh kayak, “oh, tapi ternyata dia bisa kok, jadi mungkin gue juga bisa.” Kayak gitu loh. Ya sama sih, mirip-mirip. Dan semakin dewasa ternyata kita tetep butuh figur kayak gitu juga. Misalkan udah punya anak, kita bakal nganggap diri kita udah dewasa dong, tapi ternyata tetep butuh role model juga yang pernah melawati masalah atau isu yang sama.

K: Sip sip udah kayaknya segitu aja. Ada tambahan nggak dedeknya, kata-kata terakhir? Lucu banget. Ya udah deh ya. Makasih banyak ya Kak Alanda udah sharing-sharing.

A: Terima kasih banyak.